Tahukah Anda Bahwa Berdzikir Sambil Geleng-geleng Kepala Ternyata Ada Dalilnya ?

Posted by Unknown on 10

BERZIKIR DENGAN MENGELENG – GELENGKAN KEPALA. ADAKAH DALILNYA …? Dzikir adalah perintah Allah SWT yang harus kita laksanakan setiap saat, dimanapun dan kapanpun. Allah selalu mendengar apapun yang kita ucapkan oleh mulut atau hati kita.

Dzikir merupakan salah satu sarana komunikasi antara makhluk dengan khaliqnya. Dengan berdzikir seseorang dapat meraih ketenangan, karena pada saat berdzikir ia telah menemukan tempat berlindung dan
kepasrahan total kepada Allah SWT.

Dan Sesungguhnya dzikrullah memberikan pengaruh yang kuat didalam kehidupan ruh seorang muslim, kejiwaannya, jasmaninya dan kehidupan masyarakatnya. maka bersemangatlah wahai saudaraku untuk senantiasa berdzikir kepada Allah ta’ala, di setiap waktu dan keadaanmu. Allah ta’ala memuji hamba-hambanya yang mukhlis dalam firman-Nya: ” ุงู„ุฐูŠู† ูŠุฐูƒุฑูˆู† ุงู„ู„ู‡ ู‚ูŠุงู…ุงً ูˆู‚ุนูˆุฏุงً ูˆุนู„ู‰ ุฌู†ูˆุจู‡ู…… ” (ุขู„ ุนู…ุฑุงู†: ุงู„ุขูŠุฉ 191). Artinya: “(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring…” (Ali imran:191)

 Ibnu Mundzir dan Ibn Juraij Menegaskan tentang ayat diatas bahwasanya : ayat tersebut bukanlah perintah dzikir pada sholat saja melainkan perintah anjuran dzikir dari Allah SWT yang harus kita laksanakan setiap saat
 Oleh karena itu, dzikir harus dilaksanakan dengan sepenuh hati, jiwa yang tulus, dan hati yang khusyu’ penuh khidmat. Untuk bisa berdzikir dengan hati yang khusyu’ itu diperlukan perjuangan yang tidak ringan, masing-masing orang memiliki cara tersendiri. Bisa jadi satu orang lebih khusyu’ kalau berdzikir dengan cara duduk menghadap kiblat, sementara yang lain akan lebih khusyu’ dan khidmat jika wirid dzikir dengan cara berdiri atau berjalan, ada pula dengan cara mengeraskan dzikir atau dengan cara dzikir pelan dan hampir tidak bersuara untuk mendatangkan konsentrasi dan ke-khusyu’-an.

Ada juga dzikir dengan dibarengi mengeleng-geleng kepala. Maka cara dzikir yang lebih utama adalah melakukan dzikir pada suasana dan cara yang dapat medatangkan ke-khusyu’-an. Untuk mencapai dzikir pada suasana dan cara yang dapat medatangkan ke-khusyu’-an, biasanya orang-orang yang dzikir dengan dibarengi mengeleng-geleng kepala. Ada sebagianorang yang mengklaim bahwa perbuatan tersebut adalah bid’ah, sebab tidak ada dalil yang menjelaskanya .

 Lalu bagaimana sebetulnya? Dalam hal ini Imam Zainuddin al-Malibari dalam kitabnya Kifayatul Atqiya’ Ila Thariqil auliya’ berkata : Biasa kita lihat sewaktu berzikir ada yang mengeleng – gelengkan kepalanya ke kiri ke kanan dan sebagainya.

 Bagi sebahagian orang yang menerima baiah thoriqat, maka dalam ijazah zikir mereka diajar gaya-gaya tertentu sewaktu melaksanakan zikir tersebut dengan falsafahnya masing-masing. Ada yang mengajar agar tarikan kalimah “Laa” itu bermula dari bawah pusat,
kemudian dibawa sehingga ke dahi kemudian diturunkan kalimah “ilaha” ke bahu kiri dan akhirnya dipalu kalimah “Allah” terus masuk ke dalam hati sanubari. Ada yang menarik kalimah “La ilaha” daripada hati sanubari sebagai isyarat mengeluarkan dan menafikan segala aghyar yang ada di dalamnya, kemudian dilontarkan ke belakang melalui bahu kanan, kemudian dikembalikan kalimah “illa” ke bahu kanan dan dipukul kalimah “Allah” ke dalam hati sanubari.

 Gaya-gaya ini biasanya diajar oleh syaikh yang mursyid kepada anak muridnya sewaktu menerima baiah thoriqat mereka. Bagi yang bukan ahlinya maka mereka memandang sinis perlakuan ini tanpa terlebih dahulu melihat dan mengkaji dalil dan alasan mereka berbuat sedemikian.
Oleh itu, kalau nak tahu pergilah bertanya dengan mereka-mereka yang ahlinya,. Bagi orang awam yang tidak berthoriqah seperti di atas, mereka juga apabila berzikir, kebiasaannya dan pada umumnya, bergerak-gerak dan tergeleng-geleng kepala mereka.

Sebenarnya semua ini punya sebab, alasan dan dalil. Antaranya ialah riwayat daripada Sayyidina Ali r.a. yang mensifatkan perbuatan para sahabat antaranya:- ูุฅุฐุง ุฃุตุจุญูˆุง ูุฐูƒุฑูˆุง ุงู„ู„ู‡ ู…ุงุฏูˆุง ูƒู…ุง ูŠู…ูŠุฏ ุงู„ุดุฌุฑ ููŠ ูŠูˆู… ุงู„ุฑูŠุญ “fa idza ashbahuu fa dzakarUllah maaduu kamaa yamiidusy syajar fi yawmir riih” yang bermaksud: “para sahabat apabila mereka berpagi-pagi mereka berzikrullah dalam keadaan bergerak (bergoyang) seperti goyangan pokok-pokok pada hari berangin.” Perkara ini juga disebut oleh Mufti Syaikh Ahmad bin Muhammad Sa`id Linggi dalam kitabnya “Faraa-idul Maatsir al-Marwiyyah lith Thoriqah al-Ahmadiyyah” di mana pada mukasurat 56 sebagai berikut:- Al-Hafidz Abu Nu`aim meriwayatkan bahawa as-Sayyid al-Jalil al-Fudhail bin ‘Iyyadh berkata:- “Sahabat-sahabat Rasulullah s.a.w. apabila berzikir mereka menggerakan badan condong ke kiri ke kanan seperti pohon kayu yang condong ditiup angin kuat.

” Inilah di antara cara berzikir untuk keterangan lanjut mengenai cara ini, hendaklah ia menggerakkan tubuh badannya condong ke sebelah kanan memulakan dengan perkataan nafi “La” (daripada ayat tahlil La ilaha illa Allah) di sebelah kanan kerana nafsu yang condong kepada kejahatan ada di sebelah kanan.

Kemudian menyebut lafaz “Allah” ketika badannya condong ke sebelah kiri, supaya hati menerima segala cahaya dan rahsia lafaz “Allah”.

Sebenarnya tidak ada keharusan (peringatan: “harus” di sini mengikut pengertian bahasa Indonesia yang bererti “wajib atau mesti” dalam bahasa kita, jadi makna “tidak ada keharusan” artinya “tidak ada kewajipan atau kepastian”, fahami betul-betul jangan salah faham. kurang faham bisa sesat jalan) menggerak-gerakkan kepada ke kanan dan ke kiri dalam tatacara membaca kalimat tahlil.

Akan tetapi jika cara itu dapat menambah kekhusyu’an pembaca dalam menghayati makna kalimat, maka hukumnya sunnah. Sedangkan cara yang umum adalah menoleh ke kanan pada kalimah nafi (la ilaha) dan menoleh ke kiri pada kalimah itsbat (illaAllah).

Cara ini berdasarkan riwayat hadits: - ูุชุงูˆู‰ ุงู„ุฎู„ูŠู„ู‰ ุนู„ู‰ ู…ุฐู‡ุจ ุงู„ุงู…ุงู… ุงู„ุดุงูุนู‰ .ุต. 26. (ุณุฆู„ ) ููŠู…ุง ูŠูุนู„ู‡ ุงู„ู†ุงุณ ู…ู† ุงู„ู…ูŠู„ ูˆุงู„ุชุญุฑูŠูƒ ูู‰ ุญุงู„ ุงู„ู‚ุฑุฃุฉ ูˆุงู„ุฐูƒุฑ ูˆุดุจู‡ู‡ู…ุงูƒู…ุง ู‡ูˆ ู…ุดุงู‡ุฏ ู…ู† ุฌู…ูŠุน ุงู„ู†ุงุณ ู‡ู„ ู„ุฐู„ูƒ ุฃุตู„ ูู‰ ุงู„ุณู†ุฉ ุฃูˆู„ุง ؟ ูˆู‡ู„ ู‡ูˆ ุญุฑุงู… ุฃูˆ ู…ูƒุฑูˆู‡ ุฃูˆ ู…ู†ุฏูˆุจ ูˆู‡ูˆ ูŠุซุงุจ ุนู„ูŠู‡ ูˆู‡ูˆ ุซุจุช ุฃู†ู‡ ู…ู† ุงู„ุชุดุจู‡ ุจุงู„ูŠู‡ูˆุฏ ุฃูˆู„ุง ؟ ( ุฃุฌุงุจ ) ุงุฐุง ุชุฃู…ู„ุช ู‚ูˆู„ู‡ ุงู„ู„ู‡ ุนุฒ ูˆุฌู„:” ุงู„ุฐูŠู† ูŠุฐูƒุฑูˆู† ุงู„ู„ู‡ ู‚ูŠุงู…ุง ูˆู‚ุนูˆุฏุง ูˆุนู„ู‰ ุฌู†ูˆุจู‡ู… – ุขู„ ุนู…ุฑุงู† .101-ูˆู‚ูˆู„ู‡ ุชุนุงู„ู‰:” ูˆุงู„ุฐุงูƒุฑูŠู† ุงู„ู„ู‡ ูƒุซูŠุฑุง ูˆุงู„ุฐุงูƒุฑุงุช”. -ุงู„ุฃุญุฒุงุจ.25- ู…ุน ุขูŠุฉ ูƒุซูŠุฑุฉ ุบูŠุฑู‡ู…ุง ูˆู…ุน ู‚ูˆู„ ุงู„ุฃุตูˆู„ูŠูŠู† ูˆุนู…ูˆู… ุงู„ุฃุดุฎุงุต ูŠุณุชู„ุฒู… ุนู…ูˆู… ุงู„ุฃุญูˆุงู„ ูˆุงู„ุฃุฒู…ู†ุฉ ูˆุงู„ุจู‚ุงุน ู…ุน ู…ุงู„ู‡ู… ู…ู† ุงู„ุฃู…ุซู„ุฉ ุงู„ุฏุงู„ุฉ ุนู„ู‰ ุฐู„ูƒ ู…ุน ู…ุง ูˆุฑุฏ ูู‰ ุชูุณูŠุฑ ุงู„ุขูŠุงุช ุงู„ู…ุฐูƒูˆุฑุฉ ูˆุบูŠุฑู‡ุง, ุนู„ู…ุช ุฃู† ุงู„ุญุฑูƒุฉ ูู‰ ุงู„ุฐูƒุฑ ูˆ ุงู„ู‚ุฑุฃุฉ ู„ูŠุณุช ู…ุญุฑู…ุฉ ูˆู„ุง ู…ูƒุฑูˆู‡ุฉ ุจู„ ู‡ู‰ ู…ุทู„ูˆุจุฉ ูู‰ ุฌู…ู„ุฉ ุฃุญูˆุงู„ ุงู„ุฐุงูƒุฑูŠู† ู…ู† ู‚ูŠุงู… ูˆู‚ุนูˆุฏ ูˆุฌู†ูˆุจ ูˆุญุฑู…ุฉ ูˆุณูƒูˆู† ูˆุณูุฑ ูˆุญุถุฑ ูˆุบู†ู‰ ูˆูู‚ุฑ ูู‚ุฏ ุฃุฎุฑุฌ ุงุจู† ุงู„ู…ู†ุฐุฑ ูˆุงุจู† ุฃุจู‰ ุญุงุชู… ุนู† ุงุจู† ุนุจุงุณ ูู‰ ู‚ูˆู„ู‡ :” ุงุฐูƒุฑูˆุง ุงู„ู„ู‡ ุฐูƒุฑุง ูƒุซูŠุฑุง”.ูŠู‚ูˆู„ ู„ุง ูŠูุฑุถ ุงู„ู„ู‡ ุชุนุงู„ู‰ ุนู„ู‰ ุนุจุงุฏู‡ ูุฑูŠุถุฉ ุงู„ุง ุฌุนู„ ู„ู‡ุง ุญุฏุง ู…ุนู„ูˆู…ุง ุซู… ุนุฐุฑ ุฃู‡ู„ู‡ุง ูู‰ ุญุงู„ ุนุฐุฑ ุบูŠุฑ ุงู„ุฐูƒุฑ ูุงู† ุงู„ู„ู‡ ุชุนุงู„ู‰ ู„ู… ูŠุฌุนู„ ู„ู‡ ุญุฏุง ูŠู†ุชู‡ู‰ ุงู„ูŠู‡ ูˆู„ู… ูŠุนุฐุฑ ุฃุญุฏุง ูู‰ ุชุฑูƒู‡ ุงู„ุง ู…ุบู„ูˆุจุง ุฅู„ู‰ ุนู‚ู„ู‡.ูู‚ุงู„: ุงุฐูƒุฑูˆุง ุงู„ู„ู‡ ู‚ูŠุงู…ุง ูˆู‚ุนูˆุฏุง ูˆุนู„ู‰ ุฌู†ูˆุจูƒู… ุจุงู„ู„ูŠู„ ูˆุงู„ู†ู‡ุงุฑ ูู‰ ุงู„ุจุญุฑ ูˆุงู„ุจุฑ ูู‰ุงู„ุณูุฑ ูˆุงู„ุญุถุฑ ูู‰ ุงู„ุบู†ู‰ ูˆุงู„ูู‚ุฑ ูˆุงู„ุตุญุฉ ูˆุงู„ุณู‚ู… ูˆุงู„ุณุฑ ูˆุงู„ุนู„ุงู†ูŠุฉ ูˆุนู„ู‰ ูƒู„ ุญุงู„ – ุงู„ู‰ ุงู† ู‚ุงู„- ูุฑุจ ุฐุงูƒุฑ ูˆุฑุจ ุฐุงูƒุฑ ู…ุชุญุฑูƒ.ุงู„ุญุฑูƒุฉ ุชุฐู‡ุจ ุฎุดูˆุนู‡ ูุงู„ุณูƒูˆู† ุฃูˆู„ู‰, ูˆุฑุจ ุฐุงูƒุฑ ุฃูˆ ู‚ุงุฑุฆ ูŠุณุชูˆู‰ ุนู†ุฏู‡ ุงู„ุญุงู„ุงู† ููŠูุนู„ ู…ุง ุดุงุก ูˆ ุงู„ู„ู‡ ูŠู‡ุฏู‰ ู…ู† ูŠุดุงุก ุงู„ู‰ ุตุฑุงุท ู…ุณุชู‚ูŠู…, ูˆู„ูƒู„ ูˆุฌู‡ุฉ ู‡ูˆ ู…ูˆู„ูŠู‡ุง ูุงุณุชุจู‚ูˆุง ุงู„ุฎูŠุฑุงุช.ุงู‡ู€ Ada sebuah riwayat hadits yang artinya:- “Berkata Rasulullah s.a.w. kepada ‘Ali kw.: “Dengarkan perkataanku tiga kali, kemudian tirukan tiga kali dan aku mendengarkannya”. Lalu Rasulullah s.a.w. mengucapkan ‘La ilaha illa Allah’ tiga kali dengan menoleh ke kanan pada kalimah nafi dan menoleh ke kiri dalam kalimah itsbat sambil memejamkan matanya.

 Demikian juga tentang gerakan badan secara spontan yang biasa dijumpai pada saat berdzikir, hukumnya adalah boleh. Karena gerakan itu merupakan reaksi spontan yang wajar ketika perasaan sedang terbawa oleh bacaan dzikir.
Lihat: Bariqoh Mahmudiyah juz IV hal. 139 – 140, Mausu`ah Yusufiah hal 175. Wallhu’alam
Demikian ustadz Sholeh Melaporkan Dari Ngawi

About the Author

Write admin description here..

Get Updates

Subscribe to our e-mail newsletter to receive updates.

Share This Post

Related posts

10 komentar:

  1. itu hadits apa, kasih tau yg jelas biar saya cek kalau memang ada d 9 kitab hadits

    BalasHapus
  2. hadist sahih apa itu? semoga tidak berdusta atas nama Rasulullah..

    BalasHapus
  3. Hadits riwayat siapa itu,sanadnya nyambung tidak?

    BalasHapus
  4. Jelas2 kitabnya “Faraa-idul Maatsir al-Marwiyyah lith Thoriqah al-Ahmadiyyah
    .
    .kitab Pengusung NABI BARU!!
    Ealah...dustamu kelewatan bro!!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jancukkk, ini keturunan Nabi yg buat. Beliau belajar sendiri setengah umurnya di mekkah. Sanadnya jelas lah. Lah lu? Dalam kitab Al Bidayah Wa An-Nihayah Ibnu Katsir juga dijelaskan. Mau bilang dusta? Kecuali yg ngomong luu, sanadnya kagak jelas

      Hapus
  5. Ya neee jaman sekarang "perang" antar ustadz bikin bingung umat

    BalasHapus
  6. PALSU ! orang sufi tidak pernah mengikuti apa kata hadits. Tapi dari ijazah ulama mereka yg dibuat buat. Contoh saja NU coba mereka ditanyai soal hadits (sahih) tdk akan tau

    BalasHapus
  7. Yang bilang ini dusta sudah cek IMAM IBNU KATSIR dalam kitab Al Bidayah Wa An-Nihayah:8/7 ?
    Jangan main dusta aja, ilmu masih cetek gausah bilang2 yg ga km tau. Sok2 dustain IMAM IBNU KATSIR dan IMAM IBNUL JAUZI

    BalasHapus
  8. Coba di check yg dari Ibnu Katsir sanad nya dari siapa biar kita semua ngerti

    BalasHapus

© 2013 gogo bloggan. WP Theme-junkie converted by Bloggertheme9
Blogger templates. Proudly Powered by Blogger.
back to top